Senandung Jolo, Pantun Liris Dari Muarojambi. Gambang Bukan Kulintang.

            

Senandung Jolo merupakan seni sastra lisan yang tumbuh dan berkembang di daerah Dusun Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Senandung Jolo merupakan seni sastra lisan yang disampaikan dalam bentuk pantun.
Menurut M. Zuhdi salah satu tokoh adat dan pemain kesenian Senandung Jolo,  Senandung memiliki arti nyanyian, sedangkan Jolo merupakan pantun, sehingga secara pengertiannya Senandung Jolo merupakan kesenian berupa pantun yang dibawakan dengan cara dinyanyikan.



https://www.youtube.com/watch?v=etZ6BrnCf_I



Umumnya pantun yang dibawakan berupa pantun spontan sesuai perasaan si penyenandung.
(Berbeda dengan krinok yang berasal dari zaman melayu pra islam,red). Hingga saat ini belum diketahui kapan lahirnya kesenian Senandung Jolo.
Alfian atau yang akrab dipanggil Uwak Degum salah satu pewaris kesenian Senandung Jolo mengutarakan bahwa kesenian ini merupakan kesenian yang wariskan secara turun menurun oleh nenek moyang masyarakat dusun Tanjung, yang pada dahulunya dibawakan sebagai sarana pelepas lelah setelah bekerja, penghibur hati dan juga sebagai sarana pelepas rindu terhadap seseorang.
Adapun struktur dalam membawakannya yaitu: pantun pembuka – pantun spontan – pantun penutup.
Contoh pantunnya;

Pantun Pembuka,
Kalu tuan naek perahu, Jangan lupo membawo jalo, Kalu tuan ingin tahu, Ikolah diok senandung jolo.
Pantun Spontan,
Teluk dalam kualo sedu, Ujung jabung negeri lamo, Tengah malam bangun merindu, Awak dak pasi becerai lamo,
Pucuk pau selaro pau, Pinang mudo dibelah duo, Adek jauh abang pun jauh, Kapan-kapan kito bejumpo.
Pantun Penutup,
Mangkuk sabun berisi minyak, Biji karanji bawa ketoko, Mintak ampun pado yang banyak, Kami bajolo sampai disiko.

Kesenian Senandung Jolo pada awalnya tidak menggunakan alat musik, sesuai perkembangan akhirnya kesenian ini menambahkan alat musik pendukung yang mereka sebut Gambang Kayu, terdiri dari 4 bilah kayu yang terbuat dari jenis kayu Marelang.
Uwak Degum mengutarakan; “kayu dari pohon Marelang memiliki suara yang nyaring apabila dipukul, tidak gampang retak, tidak berayap, dan tahan lama”.
Penabuh Gambang kayu juga terbuat dari kayu Marelang yang diambil dari bagian dahan pohonnya.
Untuk pelarasan setiap bilah Gambang kayu tidak ada aturan yang pasti, mereka menggunakan istilah Sir dalam pelarasannya.
Seiring kebutuhan dan perkembangannya, kesenian Senandung Jolo mengalami penambahan alat musik yaitu: Tetawak, Rebano, Gendang Panjang, Gong dan Beduk.
Bagi masyarakat setempat, kesenian Senandung Jolo selalu ditampilkan dalam upacara-upacara adat seperti dalam kegiatan Nugal Jolo (acara sebelum proses penanaman bibit padi), dan malam hiburan bagi ibu-ibu yang memasak sebelum acara perkawinan dan khitanan.

Komentar